Selasa, 04 Maret 2014

Everything About You

Dear diary
“perlahan aku menjadi jatuh saat melihatnya, wajahnya mengalihkan duniaku, sehari aku tak melihat wajahnya serasa hatiku tak tenang. Okey cukup sampai sini puitisku.”
Namanya Diara, gadis berumur 17 tahun yang kini sedang merasakan jatuh cinta pada kakak kelasnya Dewa. Mereka juga tergabung dalam kelas jurnalis dan musik, yah bisa di bilang kisah cinta mereka dimulai dari seringnya bertemu.
“nad, kayaknya aku jatuh hati deh sama seseorang.” Ujar jujur Diara pada sahabatnya yang bernama Nada
“lo jatuh cinta? Sama siapa?” tanya Nada yang sangat
terkejut.
“pada awan yang mendung tapi membawa pesona dan karisma.” Jawab Diara.
Nada menjadi bingung dengan jawaban Diara yang selalu puitis, “lo itu gak usah pakai bahasa kiasan deh, gue gak ngerti.”
Diara tak bicara satu kata pun ia hanya mengisyaratkan dengan senyuman khasnya,
“lo aneh! Suka pada orang gak mau ngasih tau gue.” Ujar kesal Nada.
“suatu hari nanti kamu pasti tahu.” Sahut Diara.
Di aula sekolah sedang ada latihan drama musikal, tak disengaja Dewa dan Diara datang dahulu sebelum semua datang di aula musik itu.
“kamu sudah datang?” sapa Dewa pada Diara sambil tersenyum manis.
“iya kak, yang lainnya mana?” tanya Diara sambil melihat sekeliling ruangan.
“nggak tahu, bagaimana kalau kita latihan dulu sambil menunggu mereka?” ajak Dewa.
Tanpa berkata apapun, Diara berjalan menuju panggung di depan. Di atas panggung Dewa duduk menghadap pianonya, Diara bersiap mengeluarkan suara emasnya. Lantunan melodi piano mengiringi suara Diara, mereka melantunkan lagu “A NEW DAY HAS COME”. Suara mereka sangat merdu dan indah.
“kamu banyak kemajuan Ra.”
“makasih kak, itu juga berkatmu.”
“yah meskipun begitu, tanpa usahamu kamu juga nggak akan berkembang.”
Mereka berdua saling menebarkan senyuman dan saling pandang satu sama lain. Tampak pandangan Diara pada Dewa seperti tak biasa.
“kak, boleh aku jujur?” ucap Diara yang tampak gugup.
“silahkan, emangnya mau jujur apa?”
“aku… aku… aku menyukaimu.” Diara berusaha jujur pada Dewa. Ekspresi Dewa sangat amat terlihat terkejut, ia memandang wajah Diara dengan pandangan bertanya-tanya. “Ra… itu?”
Sebelum Dewa melanjutkan ucapannya, Diara kembali bicara serta menjelaskan maksud ucapannya.
Satu tahun yang lalu, saat keramaian melanda kelas 11 IPA 3 tepat disana ada Diara yang sedang mencari seseorang, waktu itu Diara masih anak kelas 10. Disana tepat dengan Dewa yang berada di depan kelasnya. Tak sengaja saat itu Dewa menabrak Diara hingga jatuh ke lantai dan buku yang dibawanya berserakan di lantai. Terlihat ekspresi Diara sangat kesal.
“makanya kalau jalan lihat-lihat.” Ujar Dewa dengan laganya yang belagu banget.
“hah, setidaknya kamu minta maaf, kamu juga salah.” Sahut Diara dengan kesalnya sambil merapikan buku-bukunya.
Dewa hanya memandangnya sekilas, lalu ia pergi tanpa rasa bersalah. Kekesalan Diara mulai menjadi-jadi, tapi seakan itu mulai terobati dengan datangnya Angga anak kelas XII yang membantu Diara merapikan buku.
“sebaiknya kamu hati-hati, anak kelas atas emang seenaknya.” Ujar Angga
“aku mengerti, makasih kak Angga, aku duluan ya.” Sahut Diara.
Dalam hati Diara masih terbayang-bayang Dewa yang bersikap dingin padanya, rasa penasaran inilah yang terus melanda diri Diara tentang Dewa. Inilah awal Diara mulai mendekati Dewa, mulai dari masuk club musik sampai club jurnalis, ia terus masuk dimana Dewa sedang berada, sampai ia menemukan rasa penasarannya.
Rasa penasaran Diara mulai hilang dengan ia masuk di club musik bersama Dewa, penasaran itu terobati dengan sikap lembut dan pemerhati Dewa pada rekan-rekannya. Satu hal lagi, Diara terpilih menjadi salah satu pemeran di drama musikal yang berpasangan langsung dengan Dewa. Di atas panggung itu, Diara mulai merasakan perasaan yang berbeda pada Dewa, saat-saat beradegan mesra dengan Dewa dan saat bernyanyi bersama Diara menemukan sosok yang berbeda dalam diri Dewa ketika mereka bertemu pertama kali.
“saat itulah aku mulai menyukaimu, aku selalu berada di dekatmu agar kamu selalu melihatku, selama satu tahun ini aku tidak memberanikan untuk mengungkapkan. Tapi kali ini aku memberanikan untuk itu.” Jelas Diara
Dewa hanya bisa terdiam mendengar kejelasan yang sebenarnya, ia tak berkutik sama sekali. Terlihat raut wajahnya menunjukkan keterkejutan.
“ahhh, jadi begitu, kamu ikut ini karena aku.”
“awalnya aku hanya penasaran padamu, tapi setelah setahun ini aku bersamamu dan selalu memperhatikanmu, perasaan itu muncul. Maukah kamu menerima perasaan ini?” ujar Diara dengan rasa tulus.
“maaf, aku tidak bisa. Aku tak tahu apa yang harus ku katakan tapi kejujuranmu sudah mengkejutkanku.” Ucap Dewa yang masih sangat bingung.
“jadi tidak bisa ya, tidak perlu kamu pikirkan, aku hanya ingin jujur padamu. Itu saja. Makasih atas jawabannya.” Ujar Diara dengan perasaan kecewa.
“kamu pasti kecewa, tapi aku juga harus jujur. Dan inilah jawabanku.” Sahut Dewa dengan jawaban yang tegas.
Diara menghela napas sejenak, dengan mengangkat wajahnya dengan kepura-puraan Diara mengatakan tidak apa-apa dan memaparkan senyuman pada Dewa, Dewa juga membalas senyuman itu.
“kita masih bisa melanjutkannya lagi?” suasana yang tegang kembali normal dengan Diara membuka percakapan kembali.
“boleh…” Sahut Dewa.
Mereka melanjutkan kembali aktivitasnya, tak lama anak-anak yang lain sudah mulai berdatangan untuk berlatih dalam drama musical.
Diara hanya bisa menangis dalam hati dengan penolakan Dewa, tapi ia akan mengikhlaskannya dan berusaha membuang rasa itu. Di sepanjang perjalanan Diara terus saja memikirkan dan terbayang wajah Dewa sampai ia tak menyadari ada sosok Angga yang sedang mengikutinnya di belakang.
“woi!!!” kejut Angga sambil menepuk pundak Diara.
“ohw… Kamu.” Ujar Diara yang tampak sangat lesu.
“kenapa sih? Loyo banget kayak nggak punya tenaga gitu. Kayak bukan Diara gitu.” Sahut Angga yang merasa aneh dengan sikap Diara.
“kenapa pingin tahu banget… kepo deh mulai.” Sahut kesal Diara yang tampak tak bersemangat.
Tiba-tiba Angga menarik tangan Diara dan mengajaknya berlari lari sekencang mungkin. Tak peduli kendaraan berlalu lalang disana, Angga tetap nekat berlari bersama-sama dengan Diara. Diara yang awalnya terlihat lesu, kini menjadi ceria setelah mencoba berlarian sekencang mungkin. Kini perasaan Diara yang gundah seakan terobati dengan munculnya diri Angga.
“maksih ya kak, kamu udah bikin segala kegundahan seakan terobati meskipun itu hanya sesaat.” Ujar Diara
“nih minumlah pasti lelah. Kalau kamu lagi sedih atau apa coba saja berlari sambil olahraga pasti semua itu akan hilang dengan berjalannya waktu.” Sahut Angga sambil menyodorkan sebotol minuman yang dibelinya.
“nggak tahu kenapa, aku beruntung kenal kakak. Aku merasa damai jika selalu dekat kakak.” Ujar hati Diara.
“pulang yuk, aku anter.”
Mereka pun kembali pulang setelah berlarian seperti orang gila, kali ini mereka tidak berlari, tapi Angga yang saat itu membawa motor, ia membonceng Diara sampai rumahnya.
“apa beruntungnya hidup dalam pemikiran sempit, hati yang selalu tersakiti, hati yang terkhianati, sakit rasanya. Bagaikan teriris jarum yang tajam yang tak mau lepas. Aku tak mau hidup seperti itu menangis dan mengemis cinta yang hanya bisa kurasakan. Aku harus melupakannya, cinta yang hanya bersemayam selama 1 tahun lamanya tak terbalas secuil pun. Apa gunanya berharap hanya sekedar berharap.” Ujar hati Diara yang tampak sangat sedih.
Di malam yang dingin, Diara mendekat ke arah jendela, ia memandangi bintang-bintang bertaburan di langit. “seandainya aku bisa sepertinya, menyinari hatiku agar tak gelap karena cinta.”
Di malam itu, terdengar lirih suara dari arah pagar rumah Diara. Sosok Angga tampak berdiri memanggil Diara yang masih melamun di dekat jendela. Sekedar memandang wajah cantik dan rupawan, itu tujuan Angga datang menghampiri rumah Diara, tapi tujuan memang telah ditakdirkan oleh Tuhan memandangnya dari balik jendela. Tapi pandangannya seakan mengisyaratkan kegalauan dalam hatinya, membuat hati Angga seakan tak tenang.
“Ra… Ra…” panggil lirih Angga pada Diara.
Seperti sesorang ada yang memanggilnya, ia terbangun dari lamunannya. Dan mencari-cari keberadaan suara itu. Orang yang ia lihat Angga yang berdiri di balik pintu pagar rumahnya. Diara segera beranjak dari tempatnya menuju keluar rumah mengahampiri Angga di depan.
“apa yang kamu lakukan disini?” tanya Diara
“aku…? Mencerahkan sinar malam dengan jalan-jalan.” Sahut Angga dengan candaannya.
“masuk dulu, tapi kak Rafi sedang tak ada di rumah.” Ajak Diara
Mereka berdua masuk ke teras rumah Diara, sejenak Diara kembali ke dalam untuk membuat segelas minuman. Setelah itu Diara kembali ke teras, dalam jalannya ia mendengar suara petikan gitar yang indah dan suara yang merdu, ia segera mendekatinya ternyata suara itu berasal dari Angga yang sedang menyanyi dengan merdunya. Serasa suasana saat itu berubah menjadi suasana haru mendengar lagu Westlife “I WANNA GROW WITH YOU”, lagu itu membuat hati Diara semakin tersentuh, pas dengan suasana yang di inginkan Angga untuk menghibur Diara.
“I wanna grow with you…” suara Diara mengikuti suara Angga di akhir lagu.
“suara mu indah Ra…” puji Angga sambil menghentikan lantunan gitarnya.
“alunan musikmu juga indah dan musikmu merasuk perasaan yang mendengarnya.” Ujar Diara dengan menaburkan senyuman indah untuk Angga.
“how, kamu tersenyum. Nah gitu donk cantik lagi kalau kamu tersenyum, galau aja.” Goda Angga.
“ini minum dulu pasti kering tuh kerongkonganmu.” Sahut Diara mengalihkan ucapan Angga.
Sejak malam itu, Diara dan Angga tampak selalu bersama-sama. Apalagi Angga menjadi guru musik Diara untuk membantu Diara dalam pentas drama musikal sekolah. Tepat hari ini adalah pentas drama musikal sekolah diadakan, semua siswa-siswi serta alumni juga diundang dalam acara itu. Angga juga datang untuk menyaksikan Diara tampil, tapi ia sejenak menghampiri Diara di balik panggung. Di ruang make up Diara tampak tak tenang disana, sosok Dewa menghampiri diri Diara yang sendirian sebelum Angga tiba.
“sedaang apa kamu disini sendiri anak-anak sudah ada di belakang panggung?” tanya Dewa sambil tersenyum manis.
“aku… sedang berlatih disini, baiklah aku akan kesana.” Sahut Diara yang tapak gugup dan nervous.
Saat berjalan keluar, tiba-tiba kaki Diara keseleo sehingga hampir membuatnya jatuh. Untung saja Dewa segera memegangi tubuh Diara agar tak jatuh. Kejadian itu membuat mata keduanya saling bertemu dan memandang satu sama lain. Hal itu disaksikan oleh Angga yang berada di balik pintu ruang make up.
“kamu tidak apa-apa?” ujar Dewa yang tampak cemas
“tidak apa-apa, mungkin gara-gara grogi.” Sahut Diara sambil mencoba berdiri.
Angga yang tak tahan dengan kejadian itu, memutuskan untuk masuk menemui Diara. Dewa terkejut sosok Angga datang.
“Angga, sedang apa kamu disini?” tanya Dewa
“aku ada urusan sebentar dengan Diara.” Sahut Angga dengan berjalan mendekati Diara. Angga langsung saja menarik tangan Diara dan keluar dari ruang itu. Dewa sangat terkejut dengan tindakan Angga pada Diara. Angga dengan hati-hati membawa Diara ke belakang panggung, usai tiba mereka berhenti.
“ada apa sih kak, gak biasanya kakak bersikap seperti itu.” Ucap Diara
Tanpa mengeluarkan kata-kata, tangan Angga tiba-tiba memegang pipi Diara dengan mata penuh pandangan haru dan romantis.
“jangan bicara, dengarkan aku dulu.” Ujar Angga
Diara sejenak diam, Angga membisikkan sesuatu di telinganya. Sempat dengan mata melebar mendengar ucapan yang ia dengar dari Angga, Diara hanya diam dan mendengarnya. Sebuah kecupan datang menghiasi pipi Diara dari Angga. Tampak pipi memerah dan hidungpun memerah di wajah Diara.
“kumohon…” Ujar singkat Angga yang kemudian pergi.
Diara memandang langkah Angga hingga bayangannya tak terlihat lagi.
Pertunjukkan kini dimulai, Diara dan Dewa mulai memainkan perannya. Mereka adalah peran yang sangat ditunggu-tunggu dan penentu dari suksesnya pertunjukkan itu. Terlihat penampilan mereka sangat menagumkan saat mereka menyayikan sebuah lagu dari Celine Dion “a new day has come”, tampak Diara bernyayi dengan penuh perasaan dan penghayatan, begitu juga dengan Dewa yang menjadi lawan mainnya. Ada kalimat unuk mengakhiri pertunjukkan, “segala apapun yang kamu lakukan, aku menghargai semua itu, aku minta maaf tak bisa menerimanya, hatiku juga hancur, tapi cinta adalah segalanya yang tak harus dimiliki sendiri, kita harus membagi cinta itu. Suatu hari nanti kita akan bertemu my beautiful girl.” Ujar Dewa dalam drama.
“hanya satu kata untumu… I wanna wait you, everywhere, anytime, I want stayed for you. I promise.”
Adegan itu berakhir dengan Dewa memberikan sebuah kecupan manis di kening Diara. Semua penonton bertepuk tangan dengan penuh haru melihat drama yag sangat mengesankan.
Usai drama selesai, Diara segera berlari mencari seseorang di kerumunan orang disana. Tapi sosok Angga yang ia cari tak terlihat sama sekali. Kekecewaan terpancang dalam raut wajah Diara, tapi itu pupus dengan datangnya seseorang memberikan sekuntum bunga merah beserta sepucuk note. “aku menunggumu.”
Membaca surat itu, Diara segera berlari mencari keberadaan Angga. Sekencang mungkin ia berlari dengan berpikir keras dimana Angga berada, sampai ia tiba di taman tempat dimana Diara pertama kali mengenal Angga. Diara melihat sosok Angga berdiri membelakanginya dengan suasana yang begitu romantis, perlahan Diara mendekati Angga.
“kak…!”
“aku senang kamu datang.”
“ini…?”
“aku tak ingin membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, hanya diam menyaksikan apa yang akan menyakiti hatiku. Perih, jika hanya memandang wajahmu yang bersinar dari kejauhan. Dan hari ini aku ingin itu tidak akan terjadi, karena aku ingin jujur padamu. Aku… aku… menyukaimu.”
“kamu berharap aku akan menerimanya kan? Kamu belum tahu sepenuhnya aku. Aku tak seindah apa yang kamu bayangkan. Kamu tahu? Aku datang kesini, aku mencarimu aku tidak tahu apa yang kulakukan. Tapi dari kamu membisikkan itu padaku, aku terus berpikir, berpikir dan berpikir. Apa aku tepat untukmu? Itu yang kupikirkan.”
“cintaku buta padamu, dengan cinta buta itulah aku menghapus perasaan benci untukmu. Aku tahu kamu menyukai Dewa, kamu sedih karena Dewa menolakmu. Tapi aku percaya masih ada ruang untukku di hati kecilmu. Maka dari itu aku ingin maju dan mendapatkan hatimu, will you grow with me?”
Diara perlahan mendekati Angga hingga wajah mereka begitu dekat, tiba-tiba Diara memeluk erat tubuh Angga,” segalanya akan ku coba untuk tinggal.”. mendengar ucapan itu Angga sangat bahagia dan tak puasnya ia member ciuman di kening Diara.
SELESAI
Cerpen Karangan: Nadia Hayu Prasasti
Facebook: Nadya Zazky
nama: nadia hayu prasasti
ttl: blitar, 23 januari 1996


Tidak ada komentar:

Posting Komentar