Selasa, 04 Maret 2014

Raflesia Mekar di Losari (Part 2)

 cintaMinggu siang itu ilham seperti biasa datang ke acara rapat organisasi yang ia ikuti di kampusnya, memang akhir-akhir ini ilham jarang datang ke acara tersebut, disamping disibukkan dengan tugas kamis, ilham juga terlalu malas dengan beberapa kegiatan formal yang harus ia ikuti.
“ilham.. ilham..” sebuah suara memanggil ilham dari kejauhan,
“eh.. kak idham, ada apa?” tanya ilham kebingungan ke senior organisasinya tersebut setelah acara rapat selesai.
“kau ada waktu sebentar, ada yang ingin aku bicarakan..”
“owh.. iya, banyak kok hehe.”
“baguslah kalau begitu, dan bagaimana kalau sampai 2 minggu kedepan? Apa kau juga banyak waktu kosong atau tak ada kegiatan yang mendesak?”
“ehmmm.. tampaknya begitu..” ujar ilham kebingungan,
“sebenarnya ada apa kak?” sambung ilham penasaran.

“begini ham, akan ada Munas yang akan diselengarakan beberapa hari lagi, organisasi kita mendapat kesempatan tahun ini mewakili kampus untuk mengikuti kegiatan tersebut,”
“munas?”
“iya, sebenarnya kak apandi yang akan diutus untuk berangkat, namun karena beliau sedang ada urusan penting di kampungnya, maka kami menunjukmu sebagai penggantinya, apa kamu bersedia..”
“haa.. penggantinya? Kenapa saya..?”
“setelah kami rapatkan sebelumnya, tampaknya kamu yang paling pas untuk mengikuti kegiatan ini, lagi pula ini berkaitan erat dengan unit periklanan yang kamu kepalai. namun jika kamu juga tidak bisa, terpaksa kami cari orang lain lagi sebagai penggantimu.”
“eh.. si. siap. kak, saya bersedia.. tentu saja saya bersedia ini sebuah kebanggaan sekali bisa mewakili organisasi ini” balas ilham sedikit tergagap.
“syukurlah kalau begitu..”
“apa ini di palembang lagi seperti tahun kemarin?” tanya ilham penasaran, ia sudah tak sabar ingin ke palembang, sudah lama ia tak kesana sejak masih kecil dahulu, lagi pula ada beberapa teman sesama hobi animasinya yang tinggal disana.
“bukan. mungkin ini agak lebih jauh dari sebelumnya, munas tahun ini diselenggarakan disulawesi selatan, tepatnya di kota ujung pandang, makassar..” jelas kak idham
“haaa.. Makassar?” ujar ilham kaget dan tak percaya mendengar hal itu
“betul ham, tahun ini giliran indonesia tengah yang mendapat kesempatan jadi tuan rumah, dan Makassar yang dipilih, tepatnya di universitas hassanudin, owh soal ongkos kau tak usah khawatir, pihak kampus sudah menyediakan dananya, baik itu untuk ongkos pesawat pulang pergi dan juga akomodasi kamu selama disana, soal makan dan tempat tinggal, akan disediakan oleh panitia disana. Mudah-mudahan dananya akan cair besok pagi”.
“eh. baiklah kak, terima kasih banyak..” ujar ilham dengan wajah yang bersemu begitu bahagia
Ilham berjalan pelan dengan sepeda motor bebek merahnya, masih tak percaya ia akan hal ini, berangkat ke makassar?, sebuah pengalaman yang begitu besar baginya. dan.. nira.. akankah ia bertemu dengan nira disana? Ilham sudah tak sabar ingin segera sampai di rumah dan menghubungi nira lewat chatting facebook nanti malam.
Selepas mandi, sholat dan makan, ilham segera meraih handphonenya yang tergeletak di atas kasur, tak dihiraukannya ceracau tak jelas dari kak samil yang masih sibuk membolak balik beberapa makalah dan buku yang tebal, layar monitor masih terus menyala menemaninya. Tampaknya skripsinya masih belum ada perkembangan melihat dari kerut di kening serta kelakuannya barusan.
Ia buka layar facebook melalui hape jadulnya, berulang kali ia refresh halaman tersebut, dan tampaknya nira tak kunjung online, ilham mulai cemas, semenjak obrolan terakhir yang masih tanda tanya dengan nira tersebut, ia belum sempat berkomunikasi kembali. apa mungkin nira marah dengan ucapannya pada saat itu?, namun tampaknya tak ada yang salah.
Malam mulai larut, tak ada tanda-tanda nira mengaktifkan obrolan di facebooknya, akhirnya ilham menyerah juga, ia harus bangung pagi besok, banyak persiapan yang harus dilaksanakannya menjelang keberangkatan ke makassar.
“nira.. aku rencana mau berangkat ke makassar 2 hari lagi, dari bengkulu akan berangkat pagi hari, mungkin sampai di bandara sultan hassanudin sekitar pukul 6 sore, semoga kita bisa bertemu..” ketik ilham melalui massage di facebook tersebut.
Lalu ia tertidur begitu nyenyak malam itu, sekelebat mimpi aneh menghampirnya akan bungan raflesia yang bermekaran di pantai losari.
Pagi-pagi sekali ilham sudah bangung keesokan harinya, setelah sholat subuh ia segera mengetik beberapa surat yang akan ia sampaikan ke dosen atas izinnya untuk tidak mengikuti perkuliahan selama 1 minggu sesuai dengan lama kegiatannya disana, ilham memang tak berencana untuk menambah beberapa hari disana, mengingat ia tak terlalu punya banyak dana.
Sebelum berangkat ke kampus pagi itu, ilham masih tetap menyempatkan untuk melihat pesan di facebooknya, namun tampaknya tak ada balasan dari nira, ilham akhirnya menyerah saja, kecewa memang, namun ia tak bisa melakukan apa-apa, menyesal juga selama ini ia tak meminta nomor telpon nira, karena ia masih terlalu trauma untuk terlalu dekat dengan seorang wanita.
Ilham begitu terburu-buru di kampusnya pagi ini, beberapa lembar surat masih tak terlipat rapi di tanggannya, termasuk surat dari organisasi atas keberangkatannya ke makassar, tak disadarinya ada seorang gadis di depan sana yang juga terlalu sibuk dengan handphonenya,
“aduh..” Keduanya berteriak pelan karena bertabrakan satu sama lain,
“eh. ilham..” ujar gadis berambut pendek itu
“owh.. sari.. maaf aku tak melihat tadi,” ujar ilham ke gadis yang sempat menorehkan luka yang begitu dalam di hatinya ini, ia tampak biasa saja, meski sedikit kaget bisa bertemu sari di sini, meski keduanya satu universitas, namun sari dan ilham berada di fakultas yang berbeda, sehingga jarak tempat perkuliahan yang berjauhan membuat mereka hampir tak pernah bertemu.
“maaf..” ujar sari tertunduk malu, ia masih tak sanggup menatap mata ilham. hingga tak ia sengaja melihat beberapa kertas yang terjatuh di lantai, ia punggut salah satunya.
“makassar?” ujar sari pelan
“iya.. aku akan berangkat ke makassar besok pagi, doakan ya..” ujar ilham sembari tersenyum dan meraih kertas tersebut dari sari.
“eh. iya.. hati-hati di jalan ya ham.” ujar sari pelan, sembari tersenyum kecil kepada ilham..
Sempat terhenyak hati ilham melihat senyum gadis itu, sejujurnya masih ada rasa yang begitu kuat untuk bersamanya, namun ilham lebih percaya akan kenyataan bahwa gadis manis yang sempat ia cintai di depannya kini, adalah milik orang lain dan tak akan pernah menjadi miliknya, entah sampai kapanpun itu.
“ya.. terima kasih ya sar..” ujar ilham pelan sembari berlalu meninggalkan gadis itu.
Sari berdiri mematung sama seperti terakhir mereka berpisah, ada rasa pedih yang merelungi hatinya, setelah berapa lama tak bertemu, akhirnya ia harus berpisah lagi, berpisah dengan lelaki yang ia tahu begitu tulus untuk mencintainya, namun dengan egoisnya ia campakkan begitu saja, perlahan airmata menetes di sudut mata sari mengingat rasa bersalahnya.
Pagi itu ilham berangkat menaiki angkot berwarna putih yang akan mengantarkannya menuju bandar udara fatmawati soekarno bengkulu, setelah malam tadi ia berpamitan kepada kedua orangtua dan saudaranya di kampung melalui telpon dan juga menitip motor bebek kesayangannya ke kak samil, tak banyak yang diminta kak samil atas imbalan menjaga motor tersebut, hanya minta didoakan selalu agar kali ini skripsinya diterima, yang tentu saja disambung gelak tawa keduanya malam itu.
Ilham berhenti di gerbang masuk bandara fatmawati soekarno, ia singsingkan lagi tas ransel berwana hitam yang ia bawa, hanya itu memang yang ia bawa karena tak memiliki koper, sehingga mulai dari beberapa lembar baju, proposal dan file, hingga lempuk yang terbuat dari durian ia paksakan untuk muat di dalam tas ransel itu. Setelah membaca doa ia langkahkan kaki menuju bandara tersebut.
Petugas di bandara tersebut membantu ilham dengan begitu cepat sehingga ia tak terlalu kebingungan meski ini pengalaman pertamanya naik pesawat, sehingga kini ia sudah berada di dalam pesawat yang akan segera menerbangkannya ke bandara soekarno-hatta.
Ia tersenyum ringan sembari melihat daratan yang semakin lama semakin jauh meninggalkannya, ini pengalaman pertama baginya naik burung besi, dan menjadi pengalaman yang begitu berharga.
1 jam kemudia ilham sudah berdiri di salah satu terminal di bandara tersibuk di indonesia ini, ia sedikit kebingunan dengan sekelilingnya, ingin ia bertanya namun tampaknya orang terlalu cuek dengan aktifitasnya masing-masing sehingga ia urungkan niat tersebut.
Ia buka lagi kopelan catatan dari bang welly kemana ia harusnya berjalan, memang bang welly sudah beberapa kali berangkat dan transit di bandara ini, sehingga ia tahu banyak akan hal tersebut.
“melapor ke bagian transit..” itu yang tertulis pertama di kopelan tersebut.
“transit..?” gumam ilham, ia melongok tak ada tulisan transit disana, ia berjalan lagi pelan sehingga beranikan untuk bertanya kepada seorang lelaki paruh baya yang kelihatannya tak terlalu sibuk.
“maaf pak, saya mau tanya, bagian transit dimana ya..”
“owhh.. Disana nak, nanti akan ada tulisannya, ikuti saja..” ujar lelaki tersebut ramah
“baiklah, terima kasih banyak pak..” ujar ilham sembari menjabat tangan lelaki tersebut.
“iya.. sama-sama nak.”
“pesawat menuju makassar akan berangkat sekitar pukul 2 nanti siang, ini boarding pass anda.” ujar petugas tersebut sembari memberi cap dan mengembalikan boarding pass ilham.
Ia membaca disana tempat ruang tunggu yang harus ia tuju, setelah berkeliling beberapa saat ia temukan tempat tersebut tak jauh dari tempat petugas tadi.
“masih jam 12..?” gumam ilham, masih banyak waktu untuk penerbangan selanjutnya. perut ilham sudah berbunyi mesra, meski sudah sarapan lontong tadi pagi, itu tak cukup untuk mengganjal perut ilham. ia berjalan menyusuri lorong berharap ada sesuatu yang dapat ia santap..
Namun ilham mengurungkan niat tersebut, setelah melihat beberapa harga yang teretera di dinding masing-masing kantin, dan beberapa kali bertanya langsung ke pemiik kantin di bandara tersebut..
“terlalu mahal..” gumam ilham sembari merogoh kocek 5000an yang ada di saku celananya, meski ada uang sebenarnya, namun ia harus berhemat untuk biaya di makassar kelak.. hingga akhirnya ada sebuah mesin yang membuat ilham tertarik.
Setelah dengan agak kikuk saat memasukkan uang kertas ke dalam mesin tersebut, akhirnya kopi dan batu es kecil-kecil keluar juga dari dalamnya, cukuplah untuk sekedar menghapus dahaga dan meredam panas dari perut ilham. beberapa potong lempuk yang ia bawa, juga turut ia makan.
Setelah sholat dzuhur, ilham beristirahat di ruang tunggu yang telah ia cari sebelumnya, ia lirik jam, sudah pukul 2 namun belum ada tanda-tanda akan keberangkatan mereka. Karena bosan ia mencoba untuk sekedar membuka facebook siapa tahu nira sudah membalas pesannya.
Setelah mengklik beberapa tombol, ia akan segera masuk ke halaman facebook namun, loading terasa begitu lama, dan selalu gagal ketika ingin terkoneksi ke internet, berulang kali ilham mencobanya, namun akhirnya ia mengecek pulsa dan ternyata sudah kosong. ia baru ingat pulsanya habis untuk menelpon orangtuanya malam tadi, dan lupa untuk mengisinya.
3 jam telah berlalu, akhirnya pesawat yang ia tunggu datang juga, pesawat yang ia naiki ternyata mengalami delay yang cukup lama, namun ilham tak ambil pusing soal itu, meski ia khawatir juga harus naik kendaraan apa nanti dari bandara menuju unhaz.
BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASSANUDIN
Tulisan besar tersebut terpampang jelas disinari beberapa lampu sorot di dinding bandara tersebut meski hari sudah begitu gelap. Ia setel ulang jam di tangannya dengan penambahan 1 jam, sehingga sekarang sudah memasuki pukul 8.45 malam waktu setempat.
“astaga, sudah semalam ini?” gumam ilham bingung..
Entah siapa yang harus ia hubungi, pulsa habis, dan kopelan andalan dari bang welly tak bisa diandalkan karena bang welly sendiri belum pernah ke makassar, karena kebingungan dan gagal tanya sana sini, akhirnya ilham berjalan lunglai menuju teras terminal kedatangan bandar udara tersebut setelah sedikit ia takjub dengan lantai berjalan mirip conveyor yang ia naiki barusan..
Di tengah kebingunannya untuk mencari tumpangan, tak sengaja sudut matanya melirik pada sosok yang duduk sendiri jauh disana..
Seorang gadis berkerudung merah, tengah duduk sendiri dan menundukkan kepalanya berulang-ulang seperti menahan kantuk yang begitu luar biasa, di sampingnya ada dua cangkir kecil dan sebuah bungkusan berwarna hitam.
Sekelebat ia teringat dengan warna kerudung tersebut, begitu mirip dengan photo profile kartun teman chatingnya selama ini.
“nira..” tak sengaja ilham berujar, senyum merona menghiasi wajah lelahnya, meski ia belum begitu yakin apa gadis tersebut benar-benar nira.
Segera ia singsingkan lagi tas ransel hitam beratnya, dan segera menuju gadis tersebut yang masih juga menunduk.
“nira..” ujar ilham pelan, hatinya berguncang keras..
Gadis tersebut perlahan menghadap ke arahnya, meski sedikit lusuh karena begitu lelah, kecantikan dan manisnya gadis inti tetap tak bisa disembunyikan..
Gadis itu mengosok dan kucek matanya sendiri, seperti memastikan siapa yang berdiri di depannya saat ini.
“ilham..” Ujarnya pelan sembari senyum merona perlahan mengembang dari wajahnya..
Cerpen Karangan: Redho Firdaus


Tidak ada komentar:

Posting Komentar